CONTOH PUASA WETON
Puasa weton adalah salah satu jenis puasa ngebleng yang dilakukan pada
hari kelahiran seseorang, yang perhitungan waktu mulai berpuasa dan
menutup puasa dilakukan berdasarkan perhitungan hari dalam kalender
jawa.
Puasa weton (wetonan) adalah puasa untuk memperingati hari kelahiran
seseorang sesuai laku dalam budaya jawa.
Puasa weton terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma (roh pancer dan
sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan
yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan roh
sedulur papat dan restu pengayoman dari para leluhur, supaya kuat
sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, peka bisikan gaib,
hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya.
Puasa weton terkait dengan kegaiban yang berasal dari sukma manusia
sendiri (kegaiban kesatuan roh pancer dan sedulur papat). Puasa weton
tidak berhubungan dengan kegaiban roh-roh lain.
Puasa weton tidak bisa disamakan atau diperbandingkan atau ditukar
dengan puasa bentuk lain, karena sifat dan kegaibannya berbeda.
Puasa weton yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memahami atau
tidak meyakini keberadaan roh sedulur papat kegaibannya tidak akan
sebaik mereka yang melakukannya dengan landasan kepercayaan pada roh
sedulur papat. Keyakinan pada keberadaan dan kebersamaan roh sedulur
papat dengan pancer akan memperkuat kegaiban sukma dan memperkuat
interaksi roh sedulur papat dan para leluhurnya dengan seseorang.
Dalam kehidupannya sehari-hari kekuatan sukma akan membantu dalam
kemantapan bersikap, membantu membuka jalan hidup dan menyingkirkan
halangan dan kesulitan-kesulitan, dan interaksi sedulur papat akan
membantu peka rasa dan firasat, peka bisikan gaib, mendatangkan
ide-ide dan ilham, peringatan-peringatan dan jawaban-jawaban
permasalahan.
Sesuai tradisi jawa puasa weton dilakukan dengan berpuasa pada hari
kelahiran seseorang (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu,
Minggu) yang sesuai dengan hari pasaran kelahirannya (pon, pahing,
wage, legi dan kliwon). Dengan demikian hari weton kelahiran seseorang
akan selalu berulang setiap 35 hari sekali.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5
sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang
bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pada pk.5 sore, dan mulainya hari adalah
hari sebelumnya pk.5 sore.
Berarti hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (Minggu) pk.5 sore dan
berakhir pada hari Senin tersebut pk.5 sore.
Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari
Selasa, karena sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.
Ada beberapa hitungan hari dalam puasa weton sbb :
1. Puasa weton sehari penuh.
Artinya puasanya dilakukan 1 hari Jawa (sehari semalam, 24 jam).
Puasa weton sehari ini adalah yang secara umum dilakukan dalam
budaya masyarakat Jawa.
Misalnya hari kelahirannya adalah Selasa Pahing, maka puasanya
dimulai pada hari sebelumnya, yaitu
Senin pk.5 sore dan berakhir pada hari Selasa Pahing tersebut pk.5 sore.
2. Puasa weton 3 hari (hari weton dijepit ditengah).
Artinya puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa
putus, yaitu puasa pada hari weton
ditambah 1 hari sebelumnya dan 1 hari sesudahnya, sehingga total
puasa menjadi 3 hari Jawa terus-menerus.
Puasa weton 3 hari biasanya dilakukan untuk harapan terkabulnya
suatu keinginan khusus yang tidak terjadi
setiap hari.
Misalnya kelahiran Rabu Kliwon,
maka puasanya dilakukan selama 3 hari, yaitu Selasa, Rabu Kliwon
dan Kamis terus-menerus tanpa putus.
Hari Selasa dimulai pada hari sebelumnya, yaitu hari Senin pk.5 sore.
Hari Kamis berakhir pada pk. 5 sore hari.
Jadi puasa weton 3 hari itu dimulai pada hari Senin pk.5 sore dan
berakhir pada hari Kamis pk. 5 sore terus-
menerus tanpa putus siang dan malam.
3. Puasa weton 3 hari selama 7 kali berturut-turut.
Artinya, puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa
putus yang dilakukan selama 7 kali
berturut-turut tanpa putus (selama 7 bulan berturut-turut).
Jenis puasa ini biasanya dilakukan untuk harapan terkabulnya suatu
keinginan khusus yang bukan sesuatu
yang biasa terjadi sehari-hari dan waktu pencapaiannya agak
panjang (pada masa depan), atau untuk
keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang berat, yang
kadarnya tinggi, yang bagi seseorang sulit
untuk dicapai (biasanya disertai nazar), sehingga diperlukan suatu
laku tambahan demi terkabulnya
keinginannya itu, yaitu puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari
weton kelahiran seseorang, dan dilakukan
selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup
dengan suatu ritual dan sesaji penutup
(tumpengan), atau acara syukuran.
Sesuai ajaran kejawen, sebelum melaksanakan puasa berdoalah di luar
rumah menghadap ke timur. Begitu juga pada malam hari selama
berpuasa, berdoalah di luar rumah menghadap ke timur. Setelah selesai
berpuasa berdoa juga mengucap syukur karena telah diberi kekuatan
sehingga dapat menyelesaikan puasanya.
Puasa weton menjadi sempurna setelah pada penutupan puasa dilakukan
pemberian sesaji untuk roh sedulur papat dan pancer sebagai berikut
(salah satu) :
1. Paling baik, mandi kembang telon (kembang tujuh rupa / setaman
lebih baik), yaitu mandi guyuran
air kembang dari kepala basah semua sampai ke kaki.
2. Kedua terbaik, makanan jajan pasar 7 macam, dimakan sebagai makanan
buka puasa.
3. Bubur merah putih, yaitu bubur tepung beras (bubur sumsum) yang
diberi gula jawa cair, dimakan sebagai
makanan buka puasa.
Puasa weton ini menjadi sarana pemberian perhatian kepada roh sedulur
papat dan menjadi sarana memperkuat kesatuan antara seseorang dengan
roh sedulur papat dan para leluhurnya.
Bagi yang tidak sempat menjalankan puasanya, atau berhalangan, cukup
melakukan mandi kembang saja, bisa pagi hari, siang, ataupun sore
hari.
Puasa weton (wetonan) adalah salah satu laku budaya kebatinan yang
sudah umum dilakukan dalam masyarakat jawa. Tetapi sehubungan dengan
adanya pengaruh budaya Islam dalam masyarakat jawa, orang-orang jawa
yang masih melakukan puasa weton ini tidak lagi melakukannya sesuai
aslinya dalam ajaran jawa, yaitu dengan puasa ngebleng, tetapi
melakukan puasanya sama dengan puasa biasa, yaitu puasa dari subuh
sampai mahgrib. Sekalipun bentuk laku puasa itu masih memberikan
kegaiban, tetapi sudah tidak lagi besar seperti seharusnya, bahkan
karenanya banyak juga yang tidak lagi dapat merasakan kegaibannya
sehingga kemudian tidak lagi melakukannya, dan kemudian digantikan
dengan puasa Senin - Kamis, puasa mutih, atau puasa berpantang makanan
tertentu saja.
hari kelahiran seseorang, yang perhitungan waktu mulai berpuasa dan
menutup puasa dilakukan berdasarkan perhitungan hari dalam kalender
jawa.
Puasa weton (wetonan) adalah puasa untuk memperingati hari kelahiran
seseorang sesuai laku dalam budaya jawa.
Puasa weton terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma (roh pancer dan
sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan
yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan roh
sedulur papat dan restu pengayoman dari para leluhur, supaya kuat
sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, peka bisikan gaib,
hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya.
Puasa weton terkait dengan kegaiban yang berasal dari sukma manusia
sendiri (kegaiban kesatuan roh pancer dan sedulur papat). Puasa weton
tidak berhubungan dengan kegaiban roh-roh lain.
Puasa weton tidak bisa disamakan atau diperbandingkan atau ditukar
dengan puasa bentuk lain, karena sifat dan kegaibannya berbeda.
Puasa weton yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memahami atau
tidak meyakini keberadaan roh sedulur papat kegaibannya tidak akan
sebaik mereka yang melakukannya dengan landasan kepercayaan pada roh
sedulur papat. Keyakinan pada keberadaan dan kebersamaan roh sedulur
papat dengan pancer akan memperkuat kegaiban sukma dan memperkuat
interaksi roh sedulur papat dan para leluhurnya dengan seseorang.
Dalam kehidupannya sehari-hari kekuatan sukma akan membantu dalam
kemantapan bersikap, membantu membuka jalan hidup dan menyingkirkan
halangan dan kesulitan-kesulitan, dan interaksi sedulur papat akan
membantu peka rasa dan firasat, peka bisikan gaib, mendatangkan
ide-ide dan ilham, peringatan-peringatan dan jawaban-jawaban
permasalahan.
Sesuai tradisi jawa puasa weton dilakukan dengan berpuasa pada hari
kelahiran seseorang (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu,
Minggu) yang sesuai dengan hari pasaran kelahirannya (pon, pahing,
wage, legi dan kliwon). Dengan demikian hari weton kelahiran seseorang
akan selalu berulang setiap 35 hari sekali.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5
sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang
bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pada pk.5 sore, dan mulainya hari adalah
hari sebelumnya pk.5 sore.
Berarti hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (Minggu) pk.5 sore dan
berakhir pada hari Senin tersebut pk.5 sore.
Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari
Selasa, karena sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.
Ada beberapa hitungan hari dalam puasa weton sbb :
1. Puasa weton sehari penuh.
Artinya puasanya dilakukan 1 hari Jawa (sehari semalam, 24 jam).
Puasa weton sehari ini adalah yang secara umum dilakukan dalam
budaya masyarakat Jawa.
Misalnya hari kelahirannya adalah Selasa Pahing, maka puasanya
dimulai pada hari sebelumnya, yaitu
Senin pk.5 sore dan berakhir pada hari Selasa Pahing tersebut pk.5 sore.
2. Puasa weton 3 hari (hari weton dijepit ditengah).
Artinya puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa
putus, yaitu puasa pada hari weton
ditambah 1 hari sebelumnya dan 1 hari sesudahnya, sehingga total
puasa menjadi 3 hari Jawa terus-menerus.
Puasa weton 3 hari biasanya dilakukan untuk harapan terkabulnya
suatu keinginan khusus yang tidak terjadi
setiap hari.
Misalnya kelahiran Rabu Kliwon,
maka puasanya dilakukan selama 3 hari, yaitu Selasa, Rabu Kliwon
dan Kamis terus-menerus tanpa putus.
Hari Selasa dimulai pada hari sebelumnya, yaitu hari Senin pk.5 sore.
Hari Kamis berakhir pada pk. 5 sore hari.
Jadi puasa weton 3 hari itu dimulai pada hari Senin pk.5 sore dan
berakhir pada hari Kamis pk. 5 sore terus-
menerus tanpa putus siang dan malam.
3. Puasa weton 3 hari selama 7 kali berturut-turut.
Artinya, puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa
putus yang dilakukan selama 7 kali
berturut-turut tanpa putus (selama 7 bulan berturut-turut).
Jenis puasa ini biasanya dilakukan untuk harapan terkabulnya suatu
keinginan khusus yang bukan sesuatu
yang biasa terjadi sehari-hari dan waktu pencapaiannya agak
panjang (pada masa depan), atau untuk
keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang berat, yang
kadarnya tinggi, yang bagi seseorang sulit
untuk dicapai (biasanya disertai nazar), sehingga diperlukan suatu
laku tambahan demi terkabulnya
keinginannya itu, yaitu puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari
weton kelahiran seseorang, dan dilakukan
selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup
dengan suatu ritual dan sesaji penutup
(tumpengan), atau acara syukuran.
Sesuai ajaran kejawen, sebelum melaksanakan puasa berdoalah di luar
rumah menghadap ke timur. Begitu juga pada malam hari selama
berpuasa, berdoalah di luar rumah menghadap ke timur. Setelah selesai
berpuasa berdoa juga mengucap syukur karena telah diberi kekuatan
sehingga dapat menyelesaikan puasanya.
Puasa weton menjadi sempurna setelah pada penutupan puasa dilakukan
pemberian sesaji untuk roh sedulur papat dan pancer sebagai berikut
(salah satu) :
1. Paling baik, mandi kembang telon (kembang tujuh rupa / setaman
lebih baik), yaitu mandi guyuran
air kembang dari kepala basah semua sampai ke kaki.
2. Kedua terbaik, makanan jajan pasar 7 macam, dimakan sebagai makanan
buka puasa.
3. Bubur merah putih, yaitu bubur tepung beras (bubur sumsum) yang
diberi gula jawa cair, dimakan sebagai
makanan buka puasa.
Puasa weton ini menjadi sarana pemberian perhatian kepada roh sedulur
papat dan menjadi sarana memperkuat kesatuan antara seseorang dengan
roh sedulur papat dan para leluhurnya.
Bagi yang tidak sempat menjalankan puasanya, atau berhalangan, cukup
melakukan mandi kembang saja, bisa pagi hari, siang, ataupun sore
hari.
Puasa weton (wetonan) adalah salah satu laku budaya kebatinan yang
sudah umum dilakukan dalam masyarakat jawa. Tetapi sehubungan dengan
adanya pengaruh budaya Islam dalam masyarakat jawa, orang-orang jawa
yang masih melakukan puasa weton ini tidak lagi melakukannya sesuai
aslinya dalam ajaran jawa, yaitu dengan puasa ngebleng, tetapi
melakukan puasanya sama dengan puasa biasa, yaitu puasa dari subuh
sampai mahgrib. Sekalipun bentuk laku puasa itu masih memberikan
kegaiban, tetapi sudah tidak lagi besar seperti seharusnya, bahkan
karenanya banyak juga yang tidak lagi dapat merasakan kegaibannya
sehingga kemudian tidak lagi melakukannya, dan kemudian digantikan
dengan puasa Senin - Kamis, puasa mutih, atau puasa berpantang makanan
tertentu saja.
Kalau memang ngaku orang islam ya harus mengikuti budaya islam.Klo islam disuruh mengikuti Budaya Jawa.Artinya islam nusantara.Sedangkan,,,,,,islam itu untuk seluruh dunia bukan untuk Budaya Jawa saja.Jadi,,,,,Kita yang Orang Jawa harus menyesuaikan BUDAYA ISLAM.Bukan BUDAYA ISLAM disuruh menyesuaikan BUDAYA JAWA.Karena,,,,,,islam adalah Agama yang sempurna.Dari Postingan Anda.Sangat jelas Anda Penganut islam Nusantara.Semoga Allah Swt memberikan Hidayah kepada Anda.
BalasHapusIslam itu agama ...jangan dicampur adukkan dengan adat budaya ...jangan salah pemikiran cuk ..
HapusAgama itu agama. Budaya itu budaya setahu saya..jadi jangan campurkan antara budaya dan agama..berjalanlah beriringan..
BalasHapusMantulll ndoro...
BalasHapusRahayuu...bila masih belum bisa bedakan antara agama&budaya lebih baik belajar dulu biar gk salah mencampur agama&budaya....rahayuu
BalasHapusMaaf mau tanya kalau sedang datang bulan apakah diperbolehkan melakukan puasa weton? Trimakasih
BalasHapus